Freistatt (2015): Feeling Accepted, Is The Way You Can Feel At Home.

Directed By Marc Brummund
Apa yang bisa membuatmu betah dirumah? Fasilitas rumah yang memadai? Atau karena kau merasa diterima dengan kondisimu dan kekuranganmu oleh orang-orang rumah? Apa jawabanmu?

Pada tahun 1968, Rolling Stones, celana bell-bottoms, rok mini, revolusi sexual, protes terhadap perang Vietnam adalah trend-trend yang terjadi saat itu. Saat itu juga Jerman sedang menuju era kebebasan berkehendak. Hal ini berdampak pada seorang anak yang pemberontak berusia 14 tahun, Wolfgang (Loius Hoffman). Dia merasakan akibat karena kenakalan yang dia lakukan. Dia dikirim oleh ayah tirinya ke rumah Yatim Piatu untuk anak-anak nakal  yang dikenal dengan nama Freistatt (Sanctuary). Di sana dia diharapkan mendapatkan pelajaran yang berharga untuk menjadi remaja yang baik pada umumnya.

Dia tidak menyadari kalau dia akan menjadi remaja yang selalu melawan segala kekerasan dan tindakan perbudakan yang dilakukan oleh hausvater (house-father) Brockmann (Alexander Held). Tapi berapa lama bisa ia bertahan terhadap kekerasan dan penindasan yang sudah tersistem tanpa dia berubah menjadi brutal?Akankah Wolfgang berhasil menghadapi semua kesulitan di Freistatt? Dapatkan dia bisa kembali ke rumahnya bertemu dengan ibunya (Katharina Lorenz) yang dia cintai?
Kecerdasan Marc Brummund di film coming-of-age yang penuh kekerasan ini patut diacungi jempol. Dia mampu menjahit tindakan kekerasan terhadap anak tetapi dengan unsur yang mengangkat rasa kemanusiaan dari tindakan kekerasan tersebut. Memang sangat banyak perlakuan para pengawas (bruder – brother) yang kejam terhadap anak-anak, tetapi ada juga beberapa yang mendidik dengan perlakuan yang sewajarnya.
Ada banyak simbol yang memperlihatkan bahwa Freistatt adalah rumah penjara anak-anak. Lagu-lagu yang berkumandang saat anak-anak diharuskan untuk menambang layaknya budak. Kamar mandi bersama tanpa sekat, dan juga makanan yang tidak layak bagi anak-anak, tetapi makanan untuk bruder sangat mewah. Jadi bruder bisa dianalogikan sebagai sipir penjara bagi anak-anak.
Walaupun begitu di dalam film ini Freistatt tidak disebutkan sebagai sekolah dengan didikan yang salah atau dengan didikan yang benar. Brummund memberikan kebebasan bagi penonton untuk merasakan sendiri kekerasan yang terjadi di Freistatt tetapi di balik itu ada kasih sayang dan tumbuhnya rasa solidaritas yang menjadi kuat antar anak-anak. Wolfgang yang pada awalnya tidak diterima oleh Bernd (Enno Trebs) dkk lama-kelamaan menjadi pemersatu untuk mereka. Puncaknya ketika mereka serempak memberontak dan melarikan diri setelah peristiwa mengerikan yang terjadi pada Anton (Langston Uibel).

Film ini banyak diperankan oleh aktor-aktor muda yang baru, salah satunya Loius Hoffman yang berperan menjadi Wolfgang. Dia mampu menjadi anak nakal yang mencuri perhatian bagi penonton. Tidak lupa Alexander Held aktor senior dengan karakter yang sangat tegas menjadi hausvater Brockmann tetapi juga memiliki sisi lembut yang mampu merangkul anak dalam keterpurukan. Serta pemain-pemain lainnya yang seakan mengalir begitu saja mengikuti perannya. Naskah dalam film ini juga sangat pas, tanpa alur yang merumitkan sehingga mudah diikuti. Begitu juga sinematografi yang tidak berlebihan dengan pas menggambarkan suasana hati dari karakter central warna-warna muda dan warna-warna sendu yang mencari kebahagiaan dan keceriaan. Tidak ada kekurangan yang berarti dalam film ini, tetapi mungkin ada beberapa penonton yang tidak menerima kebrutalan visual saat adegan kekerasan pada anak ini dtunjukan. Sama seperti perasaan Wolfgang ketika dia mengetahui bagaimana tindakan ibunya ketika ibunya mengetahui keadaan Wolfgang yang sebenarnya. Dia tidak menerima tindakan ibunya. Ibunya tidak menerima lagi Wolfgang berada di rumahnya.
Diterima, ya rasa tidak diterima, perasaan tidak dicintai dan perasaan tidak dihargailah yang membuat Wolfgang menjadi pemuda yang suka memberontak. Ketika Wolfgang sebelum masuk ke Freistatt, dia tidak menerima kehadiran ayah tirinya yang mencuri cinta Ibunya dari dirinya. Dia pun menjadi pemuda yang nakal. Hal inilah yang diajarkan oleh hausvater Brockmann, ketika dia merangkul Wolfgang saat dia terpuruk. Wolfgang diajarkan menjadi pria yang kuat, pria yang siap menghadapi perang dan segala kekerasan yang akan dihadapi. Dia diajarkan kalau dia diterima di Friestatt.    
Ketika film ini berakhir, penonton akan dibuat bertanya-tanya apa yang terjadi dengan Wolfgang? Dia sudah menjadi pria remaja yang bebas, bebas dari penjara Freistatt, kenapa dia tidak pulang ke rumah?

Mengingat apa yang terjadi di Freistatt, dia sudah menerima kondisi disana, dan Freistatt sudah menerimanya. Perasaan inilah yang membuat kita betah untuk dan merasa sedang berada di rumah, suatu tempat dimana kita akan merasakan kenyamanan, dan merasakan diterima.

Overall: 4/5
Film ini cukup segmented, tetapi apabila menyukai genre drama coming of age, film ini sangat direkomendasikan.

Komentar

Postingan Populer