Titanic: A Tragic Ending Story


Mengapa Titanic? Mengapa sampai sekarang masih banyak orang yang begitu penasaran dan terpesona dengan Kapal Titanic? Bagi sejumlah orang, kemewahan karamnya Titanic sudah menjadi daya tarik luar biasa. Bagi yang lain, daya pikat Titanic terbatas hanya pada kisah para penumpangnya.

James Cameron seorang filmmaker dan memiliki hobi diving sudah membuat sebuah mahakarya film yang menjadi puncak daya magis sebuah cerita, kisah para penumpang Titanic dan karamnya kapal super megah tersebut. Tidak dipungkiri film ini masih diperbincangkan sampai sekarang, perbincangan tentang pro dan kontra mengenai fokus dari cerita film ini. James Cameron sendiri mengakui, bahwa film ini adalah salah satu obsesinya mengenai rasa cintanya terhadap dunia laut dan rasa cintanya terhadap warna biru yang tenang. Tidak salah lagi, selain Titanic, Cameron juga sudah membuat film mengenai suramnya kedalaman laut, The Abbys, dan indahnya dunia biru dalam Avatar.

Setelah begitu banyak membaca dan menonton film yang mereferensikan tentang Titanic, saya pribadi lebih menyukai kisah tragis karamnya Titanic, daripada sebuah momen dokumentasi 'survivor Titanic'. Pada tanggal 15 April 1912, pukul 2.20, Kapal Titanic lenyap ditelan samudra dan merenggut sekitar 1500 nyawa. Padahal kapal Titanic dibuat sedemikian rupa agar mustahil untuk tenggelam.

Titanic dibuat oleh trio mastermind, sang leader project William James Pirrie, sang arsitek Thomas Andrews yang meninggal bersama Titanic, dan sang kepala teknik sipil serta manager produksi dan penyuplai bahan dan material, Alexander M. Carlisle. Titanic dibangun dengan keunggulan yang membuatnya dapat terhindar dari segala jenis kecelakaan, termasuk seandainya bertabrakan dengan kapal lain. Apabila empat atau bahkan lima kompartemen kedap airnya rusak, kapal ini masih bisa terapung dengan baik. Siapa sangka sang arsitek tidak memperhitungkan apabila ada enam kompartemen kedap air yang rusak akibat koyakan terserempetnya bagian lambung kanan Titanic dengan gunung es. Hal ini lah yang menyebabkan seluruh bagian haluan kapal terbanjiri air laut.


Sebuah kelalaian mampu meluluh lantahkan kendaraan publik terbesar saat itu. Titanic yang berlayar dengan kecepatan 21 knot tidak dapat segera berbelok kiri ketika menghadapi gunung es di depannya, sehingga menyerempet lambung sebelah kanan. Lebih dari dua jam, air laut memasuki haluan Titanic yang menyebabkan kapal semakin ke kiri. Bagian haluan sudah hampir sepenuhnya terisi oleh air, lalu diperparah dengan cerobong paling depan yang juga ikut roboh sehingga bukaan air baru ini mempercepat proses tenggelamnya Titanic. Haluan kapal yang sudah mulai tenggelam sedangkan buritan kapal yang masih terapung menyebabkan daya tarik-menarik, akibatnya lambung kapal retak dan mulai terbelah. Tekanan tarik-menarik ini makin parah dengan olengnya kapal ke kiri, sehingga kapal terpecah menjadi dua. Dalam kondisi ini, haluan sudah sepenuhnya tenggelam, sedangkan buritan kapal baru setengahnya terisi air. Pada akhirnya bagian haluan dan buritan Titanic terpisah menjadi dua bagian yang tenggelam di Samudra Atlantik utara, terpisah dengan jarak 600 meter di kedalaman 4 km dari permukaan laut. Kejadian ini dari tergenangnya air laut dalam haluan sampai sepenuhnya tenggelam dalam lautan hanya terjadi berkisar 30 menit.

Dari cerita tersebut, dapat kita ambil hikmahnya, bahwa jangan pernah terlalu sombong dengan segala kehebatan yang dimiliki. Pada kenyataannya siapa yang menyangka bahwa ‘mother nature’ masih lebih berkuasa atas segala kedigdayaan dan kebesaran Titanic. Serta pesan moral lain yang didapat yaitu, kelalaian dalam bekerja bisa saja meyebabkan sebuah kesalahan fatal yang dapat merugikan orang banyak.

Saya membayangkan segala kemewahan dan keindahan Titanic, mendegarkan suaranya yang menggelegar ketika berlayar, sebuah simbol kemakmuran dan keagungan yang menyandangkan kebanggan dalam nama besar Titanic, melesat dengan anggunnya menjelajahi dunia baru, namun hancur lebur hanya sesuatu yang dianggap sepele, biasa dan lamban: es.


Keterangan:
*haluan: bagian depan (muka) kapal, yang berguna untuk memecah ombak dan lautan, merupakan bagian terkuat karena fungsinya tersebut.
*buritan: bagian belakang kapal, diberikan pemberat sebagai penyeimbang dari haluan.
*knot: satuan kecepatan yang sama dengan satu mil laut per jam. 1 knot = 1,852 km/jam. 

Komentar

Postingan Populer