Peppermint (2018) : The Superpower of Emak-Emak Yang Tidak Disalurkan Dengan Benar
Directed by Pierre Morel
Pernahkah merasakan mengendarai kendaraan pribadi atau menggunakan jasa
taksi/ ojek online tetapi merasakan paranoid karena ada ibu-ibu yang mengendarai
motor lalu mereka terkadang berbuat seenaknya. Atau justru merasa takut ketika
ingin menegur ibu-ibu yang menyelak barisan karena mereka akan membalas dengan
suara yang lebih lantang dan cemoohan serta mata yang melotot. Sampai kapan
kita harus mengalah kepada ibu-ibu seperti itu? Dari banyaknya cerita dan
kisah-kisah tersebut, munculah sebuah idiom yang memang berkonotasi negatif
karena tindakan semaunya dari para ibu-ibu, kita mengenalnya dengan idiom, “The
Power of Emak-Emak”.
Itu baru seorang ibu yang bertindak semena-mena hanya untuk memuaskan
ego-nya, bagaimana dengan seorang Ibu yang ingin membalaskan dendam karena
tidak mendapatkan keadilan? Seorang ibu yang membalaskan dendam atas kematian
keluarganya, terutama puteri kesayangannya? Bisa jadi idiomnya tersebut berubah
menjadi “The Superpower of Emak-Emak”. Itulah kisah yang ingin disampaikan
dalam film Peppermint.
Film ini mengisahkan seorang Ibu, seorang Isteri dan seorang pegawai
bank kecil yang hidup sederhana bernama Riley North (Jennifer Garner). Dia
menghadapi nasib yang naas seketika ketika saat merayakan ulang tahun
puterinya, dia kehilangan keluarganya. Puteri dan suaminya tertembak begitu
saja di depan matanya. Berusaha menuntut keadilan atas kematian keluarganya
dengan dibantu dua orang polisi, agen Carmichael (John Gallagher Jr.) dan agen
Moises (John Ortiz). Ternyata lawannya bukanlah lawan yang mudah, karena Riley
harus berhadapan dengan mafia dan bandar narkoba terbesar di kotanya. Mampukah
Riley mengalahkan mafia tersebut? Atau justru Riley menjadi ‘Superpower
Emak-Emak’ dan membalaskan dendamnya?
Pierre Morel bukanlah untuk pertama kalinya menyutradarai film
bertemakan ‘vigilante’ seperti ini,
sebelumnya sudah ada Taken (2008) dan
The Gunman (2015) yang sudah dirilis
dengan tema yang sama. Taken
mendapatkan hasil yang positif secara komersil, karena dinilai sebuah film yang
‘segar’ pada saat itu. Tetapi hal yang berbeda diraih oleh The Gunman yang flop baik secara komersil maupun secara kualitas.
Bahkan The Gunman merupakan film Sean
Penn terburuk yang pernah ada. Latah ini ternyata masih berimbas di film Peppermint.
Film ini seakan-akan menyianyiakan kinerja hebat dari Jennifer Garner.
Jennifer Garner adalah primadona yang mengingatkan kita pada Liam Neeson versi
Ibu-Ibu. Masalahnya adalah dari segi naskah yang sangat datar, plot cerita yang
tidak menarik lagi, dan background
karakter yang sangat tidak solid. Usaha Jennifer Garner menjadi Ibu yang
membalas dendam dengan membentuk otot dan melatih tubuhnya lagi agar bisa prima
dalam beraksi dan bertarung seakan-akan sangat sia-sia. Penonton masih bisa
ikut menyemangati kisah sedih Riley, tetapi harus diakui dengan jalan cerita
yang sangat standar dan kurang menggali emosi karakter bahkan emosi penonton
membuat para penonton hanya bisa menyemangati saja.
Tidak ada yang spesial dari sinematografi bahkan soundtrack yang
dipilih. Hanya faktor Jennifer Garner film ini masih layak ditonton. Aktor yang
lain seakan redup juga dengan naskah dan acting mereka yang memang biasa saja.
Tidak ada isu-isu polemik yang lain yang menggigit atau yang berusaha untuk
mendekatkan diri ke penonton. Hanya kisah seorang Ibu yang membalas dendam
terhadap mafia dan merangkap sebagai bandar narkoba.
Penyia-nyiaan seorang aktris besar seperti Jennifer Garner yang sudah
terlatih dan malang melintang dalam layar bergenre aksi dan pertarungan jarak
dekat adalah sebuah kesalahan besar. Pierre Morrel seperti latah menggunakan
“The Power of Emak-Emak” dengan konotasi negatif ke dalam film Peppermint. Dia seperti menggambarkan
sebuah film seorang Ibu-Ibu yang semena-mena mengendarai motor matik di jalan
ibu kota. Seandainya saja Pierre Morrel menggunakan dengan bijak kekuatan
seorang Ibu atau kekuatan seorang aktris sekaliber Jennifer Garner maka tidak
perlu ada lagi pihak Kowani (Kongres Wanita Indonesia) yang protes atas
penggunaan kata “Emak-Emak” dalam artian negatif. Padahal sewaktu kecil, kita
semua tau bahwa “Emak, Mbok dan Ambu” adalah panggilan yang menunjukkan
kedekatan antara anak kepada ibunya di masyarakat.
Rate Overall 5/10
Film ini pernah saya ulas dalam website Gila Film.
Produced by
|
|
Gary Lucchesi, Tom Rosenberg, Richard S. Wright
|
Screenplay by
|
|
Chad St. John
|
Starring
|
|
·
Jennifer Garner
·
John Ortiz
·
John Gallagher Jr.
·
Juan Pablo Raba
·
Tyson Ritter
|
Music by
|
|
Simon Franglen
|
Cinematography
|
|
David
Lanzenberg
|
Edited by
|
|
Frédéric Thoraval
|
Production company
|
|
Lakeshore Entertainment
|
Distributed by
|
|
STXfilms
|
Komentar
Posting Komentar