Curhatan #3: Dia Adalah, Dia Itu.. Dia Memang Oportunis
Tema kali ini susah
(bisa jadi yang paling susah), karena untuk mendapatkan cerita hidup saya dari
sudut pandang orang lain tidak semudah kalau kita curhat sendiri. Tentu harus
tanya ke empunya bahkan sedikit mengorek-ngorek persepsi dia mengenai diri kita
ini. Satu hal yang pasti, kita harus menerima apa saja yang keluar darinya baik
itu pujian atau kritikan, kebaikan atau keburukan.
Saya mempunyai teman
kantor yang sepakat kalau kita sebaiknya berteman dengan cara old ways alias
berteman dalam dunia nyata saja, tanpa sosial media (kecuali Wha***pp, masih
dipakai). Asik juga dengan cara ini, karena kita belajar untuk tidak kepo diam-diam
dan sebaiknya bertanya langsung untuk mengetahuinya. Namanya Sam.
Pagi ini demi tugas
ini, saya iseng bertanya ke dia mengenai saya itu bagaimana sih? Bisa ceritakan
hidup saya dari sudut pandang dia. Awalnya dia malas menjawab, tetapi sedikit
demi sedikit dia pun mulai berbicara. Dan seperti inilah hasilnya…
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Dia datang ke meja
kami, seperti biasa dengan pedenya sambil membawa kotak bekel dan tumbler
minuman. Lalu supaya dia cukup pantas makan di meja kantin, dia membeli snack
gorengan dengan cocolan sambal kacang cair yang cukup pedas. Bagi saya sambal
itu pedas, bagi dia sambal itu bisasa saja.
Mukanya kali ini
tampak kusut, bisa jadi karena kerjaannya yang belum kelar, atau kerjaannya
yang bertambah banyak. Yah, memang seperti itulah dia, bisa dibilang menjadi
backbone planner untuk industri otomotif, harusnya dia hanya menangani roda 4,
tetapi dia juga terkadang menangani fuel, lubricant, bahkan roda 2. Kali ini
dia curhat kalau accesories mobil juga sedang dia tangani.
"Gw dapet tugas
untuk V-K**l, keliatannya gampang sih, tapi ini buat IIMS dengan konsep lounge
yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Hadeeeh, gimana report H**da dan
Nis**n otbur kemarin bisa kelar kalau nambah-nambah terus kaya gini!"
Dia memang suka
mengeluh karena bejubelnya kerjaan, tetapi dia tetap kerjakan, bahkan jarang
ada yang melebihi deadline. Yah, bisa dibilang memang kalau sudah di depan
laptop sambil mengerjakan kerjaannya, dia sudah pasti akan tenggelam dalam
dunianya. Fokus walaupun earphonenya tidak terpakai. Dia tidak akan mengangkat
telepon kantor, Wha***pp hanya sekedar dibaca, dia hanya akan terganggu kalau
kita mendatanginya dan langsung bicara dengannya. Dia hanya akan serius kalau
berhubungan dengan kerjaan dan ideologinya. Tetapi diluar itu dia gokiiiiil….
Dia paling jago main
kartu, Poker, Cangkul, 41, Uno bahkan Gaplek juga jago! Waktu itu dia sempat
menghilang dalam waktu 3 jam tanpa kabar. Bisa jadi dia sedang suntuk, jadi dia
membutuhkan waktu untuk berimajinasi apa yang akan dilakukannya, tetapi ketika
kami mencari-carinya akhirnya kami temukan dia sedang ketiduran di Mushola.
Haha… Alasannya tadi meeting dengan redaksi, lalu Sholat Ashar dan ketiduran
disana. Tetapi yang paling lama ditemukan saat dia ijin ke ruang redaksi dari
siang hingga sore menjelang. Saya waktu itu belum mengetahuinya, ketika
mengetahuinya ternyata dia sedang main X-b*x 36 bersama redaksi untuk melepas
stress kerjaan. Geloooo….
Belum lagi saya
ingat saat kami satu lift dengan klien, saat itu dia berbaik hati mengantarkan
klien ke ruang redaksi di lantai 7, saya juga kebetulan sedang menuju lantai 6
ada keperluan lain. Eh tak disangka tak dinyana, dia kentut di dalam lift, dia
mengaku dan memohon maaf, kalau perutnya sedang bermasalah dan dia tak mampu
menahannya lagi. Sang klien yang memang sudah agak dekat dengan redaksi dan dia
juga (karena sudah banyak project dikerjakan), malah tertawa dan geleng-geleng kepala.
Ada lagi kelakuannya
yang gokil, ketika meeting yang super penting di depan para bos departemen kami yang membahas plan semester kedua,
dia dengan cueknya tetap fokus di depan laptop menulis review film yang sudah
ditontonnya bahkan sambil mengupil dengan asiknya. Saya yang anak baru mungkin merasa aneh dengan kelakuannya yang cuek. Tapi akhirnya saya kagum dengan cara
dia bisa dekat dengan redaksi, publisher dan bahkan klien. Jadi masalah
mengupil, bukan suatu hal yang besar.
Makan siang sudah
selesai, gorengan dia hanya Rp 9,000,- saja. Saya sudah tidak aneh lagi dengan
fenomena cowok yang membawa bekal. Mungkin 6-7 bulan lalu, masih kikuk. Tapi
dia tetap dengan pedenya membawa bekal dan lama-kelamaan hal itu malah ditiru
oleh banyak orang, termasuk karyawan cowok. Dulu saya ingat sekali, ketika saya
bertanya, "Kok lo pede banget sih bawa bekal? Emangnya gak merasa risih
makan bekal di kantin atau di girbok." Dengan enteng dia menjawab, "dulu, di kantor
ini ada project ayo bawa bekal! Selama project itu berlangsung para ibu kantin
dan penjaga warung memaklumi akan kebijakan campaign ini, apa salahnya
kalo gw mau lanjutin. Kan ngirit, toh gw masih jajan gorengan. Ha!
Saya cuma bisa
geleng-geleng, ya, dia memang oportunis.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Gak nyangka tugas
kali ini sangat melelahkan dan membuat kuping ini panas. Ini baru cerita teman
di kantor, gimana kalau cerita orang rumah. Hadeeeehhhh…..
*nb: nulis-nulis ini
di ruang redaksi yang aman dan nyaman terbebas dari bos. Hehehe….
#30HariMenulis adalah campaign kecil-kecilan bagi kita yang ingin menulis tanpa ada beban apapun. Silahkan mengunjungi fanpage ini untuk keterangan selanjutnya: https://goo.gl/XPOkIL
#30HariMenulis adalah campaign kecil-kecilan bagi kita yang ingin menulis tanpa ada beban apapun. Silahkan mengunjungi fanpage ini untuk keterangan selanjutnya: https://goo.gl/XPOkIL
Komentar
Posting Komentar