Curhatan #2: Jangan Suudzon Dulu Yaaa

Random. Tugas kedua ini unik, dan saya pikir akan sulit apabila saya mendapatkan kata 'aneh'. Saya menutup mata dan mengambil salah satu buku di rak saya yang berantakan dan voila! Akhirnya saya mengambil buku Manajemen TransJakarta. Lalu saya merasa kalau buku ini bukan buku saya, saya buka halaman pertama dan ternyata buku ini memang buku saudara saya. Hahaha…. Gila….. Kapan ya saya meminjam buku ini? Apa jangan-jangan saat dulu kecelakaan sehingga membuat saya tidak bisa mengendarai kendaraan sendiri dan akhirnya naik bus TransJakarta. Kalau iya, itu berarti sudah  2 tahun buku ini disini. Bahkan lebih dari 2 tahun. Hihihihi….

OK. Tugas kedua, kata yang tertangkap pertama di halaman kedua tidak lain dan tidak bukan adalah "TransJakarta"!

Wooow… orang Jakarta siapa yang tidak tau TransJakarta? Transportasi yang semakin lama harus diakui semakin berkembang ini sudah menjadi alternatif utama kalau tidak memiliki kendaraan pribadi atau dalam kondisi seperti saya saat itu. Bahkan menggeserkan posisi KRL yang tujuannya terbatas jika dibandingkan dengan TransJakarta.

Saya tidak akan membahas TransJakarta lebih detil lagi. Kalau iya, saya tinggal contek saja dari buku yang saat ini saya pegang. Hehehe…

Lagi-lagi saya akan curhat, yup curhat. Sebelumnya saya sudah pernah curhat ketika menggunakan akomodasi ini mulai dari mba-mba yang salah turun halte sampai mas-mas bule agak Tiongkok-Korea yang ternyata pacaran sama aakkkhhhh….. (yang saya pikir wanita cantik ternyata adalah…) Gak enak kalau ditulis lagi. Begitu juga dengan curhat saya kali ini. Saya juga berpikir, kok ada-ada saja ya ketika  mungkin sudah 1,5 tahun tidak naik TransJakarta saya dapat pengalaman ini.

Mari kita mulai!

Saat itu adalah hari Kamis dan merupakan hari perpisahan teman saya yang akan resign, dia menjamu teman dekatnya dengan makan siang gratis di sebuah restoran Pizza yang sedang maju pesat berkat promo Buy 1 Get 1 Free via online. Yup, mungkin teman-teman sudah tau merk-nya apa. Karena ini makan siang dan kami mau sekalian agak jalan-jalan, Pizza itu dipesan dengan Carry Out, atau makan ditempat. Menuju restoran tersebut, harus naik kendaraan, dan karena alasan kebersamaan kami ber 9 orang naik Bus TransJakarta, hanya sekali naik. Dari 9 orang ini, hanya 2 orang saja yang mempunyai kartu membayar tiket TransJakarta. Saya ingat sekali, terakhir naik TransJakarta itu membayar tiket dengan menggunakan uang cash Rp 3,500,- (nah kan sudah kebayang berapa lamanya).

Kalau berangkat, tidak ada masalah. Kami sampai ditempat, mengambil makanan pesanan kami, kami makan bersama dan sedikit chitchat. Sampai jam setengah 2 akhirnya kami memutuskan kembali ke kantor. Masalahnya adalah saat pulang menuju kantor. Siapa sangka kalau 2 teman kami yang punya kartu itu sudah habis isinya, dan menyisakan 2 orang yang belum kedapatan, saya dan 1 orang teman saya. Eh dibelakang kami ada mas-mas yang berbaik hati menawarkan menggunakan kartunya dulu. Saya menolak halus, dan bilang kalau kami akan mengisi  dulu kartu milik teman kami. Si mas-mas ini bilang, "gak masalah mas, sekalian soalnya busnya sudah mau datang." Eh benar saja bus Transjakarta sudah mau datang dan kami mengiyakan dan berterima kasih akan kebaikan dia.

Bus TransJakarka datang dan kami bersepuluh, saya dan teman-teman saya juga mas yang tadi itu masuk, ternyata kondisi di dalam cukup penuh. Saya pun harus berhadapan mas yang tadi menolong saya dan berterima kasih lagi kepadanya. Dia menjawab tidak masalah dengan ramah dan akhirnya dia malah mengajak saya ngobrol. OK, tampaknya tidak ada masalah bukan? Eit tunggu dulu, masalahnya adalah si mas yang baik hati itu ternyata memiliki aroma seharum bau mulut naga ketika dia bicara. Hahaha….  Bisa dibayangkan betapa terpojoknya saya dalam posisi itu, di dalam bus yang cukup padat. Saya ingin sedikit menunjukan rasa terima kasih saya dengan menemaninya berbicara sebentar dan sangat tidak sopan kalau berbicara sambil membelakangi dia. Toh perjalanan menuju kantor hanya melewati 5 halte saja, tahan sebentar. Akhirnya saya hanya bisa bermesem-mesem ria sambil tahan napas sebisa mungkin saat dia berbicara tentang TransJakarta (dia baru punya kartu TransJakarta hari ini), dan menghadapi kemacetan Jakarta yang tambah parah karena pembangunan flyover yang sudah ada dimana-mana.

Apes banget ternyata perempatan jalan, pangkal kemacetan jalan Panjang saat dipuncak-puncaknya. Dan si mas Itu tetap berbicara, pelan tapi 'menghanyutkan'. Saya pikir 10 menit adalah waktu perjalanan menuju kantor, tetapi ternyata sudah lewat 10 menit. Tiba-tiba saya ada ide, dengan sedikit memberikan kode kepada mas tersebut. Yup. Walaupun ada larangan memakan di dalam TransJakarta, saya pikir tidak ada salahnya kalau memakan permen saat itu. Saya meminta permen kopi dari teman saya (yah gak modal ya saya) dan menawarkan permen ke mas tersebut. Dia dengan halus menolaknya dan menjawab, "Maaf, saya sedang puasa." Oooooooooooooo………

Spontan saya menjawab, "Puasa Senin Kamis ya Mas?"
"bukan tetapi puasa Uposatha", Jawab si mas itu.
"Oh, puasa apa itu ya?" (kok malah saya yang aktif ngajak berbicara). "Itu puasa bagi kami umat Buddha."

Lalu entah menyesal tau tidak, mas itu dengan berbaik hati lagi menjelaskan puasa Uposatha itu apa dan bagaimana mereka menjalaninya. Intinya sih hampir sama dengan puasa bagi umat muslim, tetapi mereka berpuasa di hari-hari tententu sesuai tanggal yang sudah ditentukan. Sebenarnya minum diperbolehkan kalau menjelang tengah hari, tetapi dia sangat menghargai 8 sila peraturan puasa Uposatha. Yang intinya hampir sama dengan puasa bagi umat muslim (ya, ada beberapa yang berbeda sih). Tahan napas sedikit untuk mengambil sedikit ilmu saya pikir tidak masalah. Dan tak terasa tiba-tiba sudah di halte yang dekat dengan kantor kami. Kami turun dan saya berterima kasih lagi serta mendoakan supaya ibadahnya sukses. Dia berterima kasih dan memohon maaf kalau dia membuat saya sedikit tidak nyaman. Ha! Dia sadar akan kode saya (memberikan permen). Saya membalasnya dengan senyum 5 jari yang semanis mungkin.

OK, lagi-lagi saya malu dengan diri sendiri, sudah mana mendapatkan bantuan yang tak disangka, eh malah tetap bersuudzon. Ckckckc…. Semoga Allah mengampuni dosa saya.


----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kapan umat Buddha menjalankan puasa atau uposatha?

Hari Uposatha adalah setiap tanggal 1, 8, 15 dan 23 menurut penanggalan lunar (bulan) hari uposatha disebut juga uposathadivasa yaitu hari suci dan hari penuh berkah, meski bukan bersifat wajib diharapkan pada hari uposatha para upasaka dan upasika melatih diri dengan menjalankan atthanga uposathasila yaitu 8 (delapan) peraturan yang harus dijalankan pada hari uposatha meliputi :

1. Melatih diri tidak menyakiti atau membunuh makhluk hidup
2. Melatih diri tidak mengambil barang yang tidak diberikan (tidak mencuri)
3. Melatih diri menghindari perbuatan tidak suci (tidak melakukan hubungan seksual baik terhadap istrinya sendiri atau suaminya sendiri)
4. Melatih diri menghindari perkataan yang tidak baik (tidak berbohong)
5. Melatih diri menghindari makanan & minuman yang menyebabkan lemahnya kesadaran (tidak mabuk-mabukan / konsumsi obat-obatan terlarang)
6. Melatih diri menghindari makan dan minum setelah tengah hari (setelah jam 12 siang).
7. Melatih diri menghindari menari, menyanyi, bermain musik, lihat pertunjukan, memakai wangi-wangian, memakai perhiasan dengan tujuan untuk memperindah tubuh.
8. Melatih diri menghindari penggunaan tempat tidur dan tempat duduk yang mewah.

Setelah ini, saya akan mengembalikan buku Manajemen TransJakarta ke saudara saya. Hehehe….
SEKIAN

nb: Selamat Hari Raya Waisak Bagi Umat Buddha. Semoga konflik di Myanmar tidak mempengaruhi persaudaraan antar umat beragama yang ada di Indonesia. Amin...

#30HariMenulis adalah campaign kecil-kecilan bagi kita yang ingin menulis tanpa ada beban apapun. Silahkan mengunjungi fanpage ini untuk keterangan selanjutnya: https://goo.gl/XPOkIL

Komentar

Postingan Populer