SKYSCRAPER (2018): Moments For Dwayne Johnson To Climb His Highest Stardom
Semakin
tinggi pohon, maka akan semakin kencang angin menerpanya, itulah pepatah yang
memiliki arti “semakin tinggi nilai seseorang (atau objek lainnya), maka akan
semakin besar hal-hal yang akan menjatuhkannya”. Arti dari pepatah tersebut
sangat cocok dengan film Skyscraper. Sebuah film yang menceritakan terjatuhnya
gedung pencakar langit tertinggi di dunia, The Pearl.
The Pearl
adalah sebuah gedung pencakar langit yang mengalahkan Burj Khalifa dan terletak
di Hongkong. Gedung ini merupakan sebuah kota kecil baru yang berisikan pusat
perbelanjaan, taman, perkantoran dan juga hunian dalam satu gedung. Sebuah
gedung bergengsi yang diciptakan oleh Zao Long Ji (Chin Han) pengusaha dan
arsitektur tersukses di dunia. Sistem keamanan gedung ini dikreasikan oleh
veteran FBI bernama Will Sawyer (Dwayne Johnson). Sawyer pensiun dari FBI
karena suatu kasus yang membuatnya cacat fisik (sehingga mengamputasi kaki
kirinya). Beruntung dari kisah tragis tersebut, Sawyer bertemu dengan Sarah
(Neve Campbell) seorang ahli bedah angkatan laut yang akhirnya menjadi
isterinya.
Will dan
Sarah Sawyer adalah keluarga pertama yang beruntung tinggal di hunian gedung The
Pearl bersama kedua anak kembarnya, Gerogia dan Henry. Tetapi sialnya, pada hari pertama penugasan Will di The Pearl,
tetiba berubah menjadi tantangan mematikan bagi dirinya dan keluarganya. Dia
harus berperang melawan sebuah skema jahat yang sudah direncanakan sebelumnya
oleh Kores Botha (Rollan Møller). Sawyer harus bertaruh nyawa untuk menyelamatkan nasib
keluarganya (yang berada di dalam The Pearl) saat gedung mulai dilalap
api. Apakah Sawyer berhasil menyelamatkan keluarganya? Mengingat dirinya
yang sudah cacat fisik? Lalu siapakah Kores Botha? Kenapa dia ingin
menghancurkan The Pearl?
Skyscraper adalah sebuah sajian film penuh aksi yang membuat mereka
penderita Acrophobia jejeritan karena The Rock harus beraksi menaklukkan
ketinggian. Film dengan formula Die Hard plus Towering Inferno ini memang
memanjakan bagi pecinta adrenalin. Sebuah ciri khas dari film-film Dwayne
Johnson terbaru yang menjual aksi – aksi impossible, mengingatkan kita pada
aktor Bruce Wills dan Tom Cruise. Tampaknya, memang inilah kebintangan yang
dituju oleh The Rock, aktor laga 'one man show' dengan sisi kemanusiaan. Bukan
parlente atau playboy seperti Tom Cruise dan Bruce Wills.
Beruntungnya The Rock selalu menjadi pahlawan dan humanis di akhir
filmnya, sebuah formulasi favorit bagi penonton Amerika. Bukan hanya itu,
karakternya kebanyakan adalah orang yang sangat ulet dan pekerja keras,
sehingga para penonton akan dibuat percaya dengan semua aksi keberhasilan The
Rock melawan marabahaya. Pun dalam film ini yang merupakan kerjasama
kedua Dwayne Johnson – Rawson Marshall Thurber, menyajikan karakter Sawyer walaupun memiliki kekurangan, tetapi dengan kegigihan dan kerja kerasnya,
Sawyer berhasil melewati semua kesulitan yang dihadapi. Terutama bencana pencakar langit The Pearl. Sang Sutradara pun berhasil dari ranah zona nyaman-nya dari genre
komedi. Rawson Marshall Thruber telah berhasil membuat film penuh aksi dengan
teknik-teknik pengambilan gambar yang mampu membuat penonton sesak dada.
Neve Campbell juga memberikan kemampuannya sebagai ibu yang kuat dan
mampu melindungi anak-anaknya walaupun dalam kondisi yang terdesak bahkan
mematikan. Neve tidak terjebak dalam karakter wanita histeris yang selalu minta
pertolongan, justru dia begitu kuat dan tau apa yang harus dilakukan dan siapa
yang dia hadapi. Sangat cocok disandingkan dengan Dwayne Johnson dalam satu
film sebagai pasangannya.
Dari segi visualisasi, teknik pengambilan gambar dan editing sudah cukup
mumpuni untuk bisa merasakan ketegangan bagi para penonton. Begitu juga dengan
cerita standar tanpa perlu berpikir ruwet yang menjadikan sebuah ciri khas film
summer blockbuster adalah salah satu jualan dari Skyscraper selain nama The
Rock. Tetapi bagi para penonton yang menonton karena ingin adanya sesuatu yang nyata,
atau sesuatu yang dekat dengan penonton pasti akan merasa film ini terlalu
banyak kekurangan dan tentu banyak plot
hole. Ada banyak eksekusi dari sutradara yang tidak tergali lebih baik, dan
meninggalkan pertanyaan sampai di akhir film. Kelemahan lainnya adalah anggapan
bahwa The Rock bagaikan dewa di film ini, seperti adegan melompat di atas
ketinggian atau berjalan di pinggiran gedung dengan minim alat keselamatan
(seadanya). Terlebih adegan melompat dari crane ke gedung yang mempertanyakan
ketinggian dari crane tersebut. Sungguh terlihat mustahil. Faktor-faktor itulah
yang bisa menjatuhkan Skyscraper layaknya gedung The Pearl.
The Rock saat ini sudah menjadi salah satu ikon untuk sebuah film aksi
yang penuh adegan mustahil seperti Tom Cruise. Salah satu puncak keberhasilan
dari ikon ini adalah bagaimana Thruber mendeskripsikan The Rock dalam posisi
puncaknya di Skycraper. Unbeatable, but
humanist. Akan banyak sekali badai yang menerpanya, tinggal bagaimana dari
sang Aktor mempertahankan ikon tersebut. Banyak para fans yang percaya dengan
The Rock karena kerja kerasnya selama ini. Tetapi seperti halnya Skyscraper,
tantangan dan musibah akan datang dari hal-hal yang tak terduga. Semoga saja
Skyscraper bukanlah film terakhir The Rock yang saat ini masih berada di puncak
kebintangannya, tetapi momen-momen bagi The Rock untuk menggapai kebintangannya
lebih tinggi lagi. Amin.
Produced by Beau Flynn, Dwayne Johnson, Rawson Marshall
Thurber, Hiram Garcia
Written by Rawson Marshall Thurber
Starring
Dwayne Johnson, Neve Campbell, Chin Han, Roland Møller, Noah Taylor, Byron Mann, Pablo Schreiber, Hannah Quinlivan
Music by Steve Jablonsky
Cinematography by Robert Elswit
Rate overall 7/10 just enjoy the movie.
review ini pernah ditayangkan di website gilafilm.id
Komentar
Posting Komentar