Interstellar (2014) : Love, A Unit of The Dimensionless Form



Directed by Chistopher Nolan

Bagaimana cara memulainya?

Genre Science-Fiction (Sci-Fi) pada dasarnya bukanlah sebuah jenis film yang menggurui para ilmuwan agar segera menemukan-menemukan fenomena dan peristiwa yang kemungkinan akan terjadi kedepannya. Film ini harus membuat penonton yakin akan teori-teori yang bermunculan bahwa dampak dari teori tersebut bisa memunculkan sebuah fakta (atau masih dalam bentuk opini) baru bahkan sebuah fenomena baru yang memungkinkan akan terjadi. Tentu saja skenario ini bukan asal ditulis berlandaskan fantasi dan khayalan belaka, tetapi ada dasar ilmu pengetahuan yang kuat serta hasil sharing dan komunikasi dengan pakar atau ilmuwan yang menguasai bidangnya.

Beruntunglah Interstellar yang ditulis oleh Christopher Nolan dan adiknya Jonathan Nolan, merupakan sebuah karya yang bijak untuk mempersiapkan para penonton akan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi kedepannya. Walaupun masih ada unsur 'kebetulan', 'takdir' dan 'pihak ketiga' yang andil membantu dalam film bertemakan Sci-Fi ini.


Apa yang terjadi kalau kau memiliki sebuah tanggung jawab yang besar untuk keberlangsungan keberadaan kehidupan manusia kedepannya? Teknologi bumi masih belum terlalu maju, tetapi bumi sekarat dan manusia kekurangan sumber pangan. Dalam beberapa waktu lagi, manusia akan bergantung hanya kepada jagung sebagai sumber pangan yang masih survive dari kepunahan sumber pangan. Cooper (Matthew McConaughey) memiliki tanggung jawab membawa para ahli yaitu Amelia Brand (Anne Hathaway), Romilly (David Gyasi) dan Doyle (Wes Bentley) serta dibantu robot TARS (voice by Bill Irwin) dan CASE (voice by Josh Stewards) untuk berkespedisi ke luar angkasa. Mereka akan menghadapi wormhole di dekat Saturnus, menghadapi black hole, mendatangi planet air dan planet es bahkan sampai memasuki 'dimensi ke 5'.


Cooper meninggalkan Murphy muda (Mackenzie Foy) yang jenius dengan sifat keingintahuan yang tinggi terutama dalam bidang science. Dia bersama kakak lelakinya dan kakeknya ditinggalkan oleh Cooper di daerah persawahan jagung. Di rumah, Murphy merasakan sesuatu yang 'gaib' mendatangi kamarnya. Dia menyebutnya 'ghost' dan meyakini kalau 'ghost' tersebut bukanlah suatu hal yang supranatural, dia menganggap kalau fenomena yang terjadi di kamarnya dapat dijelaskan secara ilmiah. Seiring dengan waktu, Murphy dewasa (Jessica Chaistain) bekerja dengan ayah Amelia, Prof. Brand (Michael Caine) di NASA. Mereka telah ditinggalkan dalam waktu yang lama sehingga mereka menyerah akan keberadaan Cooper dan Amelia di luar angkasa sana.

Akan ada banyak teori-teori fisika yang bergelimpangan dalam sepanjang film ini. Bahkan Murphy kecil sudah sering diajak bicara ilmu-ilmu ilmiah dan teori-teori fisika serta dunia keantariksaan. Mulai belajarlah Ilmu mekanika kuantum, teori relativitas, hukum gravitasi Newton, hukum Murphy, ilmu-ilmu keantariksaan dan bahkan ilmu-ilmu pertanian kalau tidak ingin keteteran ketika menonton film ini. Di sepanjang film, penonton akan dibawa dalam sebuah mata kuliah yang berhubungan dengan luar angkasa. Bisa jadi menyenangkan dan exicted, bisa jadi terlalu menggurui. Menariknya, film ini ternyata tidak serumit 2001: A Space Odyssey, karena memang pemaparan dalam film ini linear selalu lurus dan maju ke depan jadi lebih mudah dinikmati.

Film ini memang sedikit membosankan bagi sebagian orang, tetapi harus diakui film ini cerdas. Begitu cerdasnya film ini sampai-sampai belum didukung kuat oleh kecanggihan secara mainstream. Walaupun sudah ada robot, skype luar angkasa dan stasiun luar angkasa yang menjadi tempat peristirahatan kapal luar angkasa, tetapi secara gamblang tidak jelas film ini bersetting kapan? Selain itu melihat musibah yang terjadi secara global, tidak ada sebuah kerjasama dengan pihak negara lain yang diikutsertakan. Masa depan manusia, semuanya hanya bergantung dari NASA dan penerbangan yang dipiloti oleh Cooper.


Bagi sebagian orang, film ini terkesan sombong. Bahkan bisa dibilang film ini kehilangan sisi kemanusiaannya. Sebagian besar film berdurasi 169 menit ini, Nolan bersaudara seakan asik berbicara dan menyodorkan ilmu-ilmu ilmiah yang memusingkan. Komunikasi dan naskah di film ini jarang mengenai sebuah kisah, melainkan berupa perdebatan ilmiah, filosofi serta penjabaran ilmu ilmiah. Akan ada penjelasan mengenai apa itu wormhole, lalu black hole yang menyerembet ke ilmu relativitas sehingga akan mempengaruhi perbedaan waktu yang siginfikan. Tidak lupa sebuah dimensi yang masih asing bagi penonton, yaitu dimensi ke 5 yang diluar dari dimensi waktu (dimensi ke 4).

Dari segi visualisasi, lagi-lagi Nolan menggunakan kamera beresolusi IMAX untuk film ini. Jadi memang sangat disayangkan apabila tidak sempat menonton versi IMAX, karena hasil IMAX ini bukanlah sebuah konversi dari kamera 35 mm standar. Dengan menonton film ini versi IMAX, penonton akan merasakan jernihnya visualisasi yang masih kurang berani dalam mempermainkan warna, tetapi justru memperlihatkan kondisi alam yang disugestikan seperti itu. Sangat detil dan sangat terperinci, penggambaran-penggambaran sekilas dunia luar angkasa serta kapal-kapal antariksa. Sungguh memukau. Nolan kali ini tidak bekerja sama dengan Wally Pfiser karena dia ada project debut sutradara dalam film "Transendence", kali ini dia memakai jasa Hoyte van Hoytema yang sebelumnya mampu membuat mata tenang dan nyaman dalam film "Her". Walaupun menampilkan scene black hole yang sangat menarik, harus diakui dalam hal outerspace cinematography, film ini masih kalah dari Gravity, terutama mengenai detil dan permainan warna yang mengagumkan.

Dari segi akting, pemilihan Matthew McConaughey dan Anna Hathaway sudah sangat cocok. Belakangan Matthew terkenal dengan peran yang 'struggle' dan sering menghadapi permasalahannya yang unik dan rumit. Sedangkan Anne, memang sudah terkenal sebagai peran wanita yang cantik tetapi cerdas. Pemilihan Jessica Chastain sebenarnya bisa diperankan oleh aktris lain, walaupun perannya disini sangat signifikan dan menjadi juru kunci. Murph dewasa bisa dibilang hanya tampil sedikit, jika diakumulasikan mungkin hanya sekitar 30 menit saja. Kemunculan Matt Damon dalam film ini menjadi sebuah scenestealer dan memberikan momen yang paling diingat, karena berhubungan dengan sifat kemanusiaan yang paling dasar, yaitu untuk survive. Selebihnya, tidak ada kesan yang berlebihan, semua pemain berakting dengan baik.


Dari segi scoring seperti biasa Hans Zimmer memberikan sentuhan yang mengagumkan. Beberapa scene mampu menggugah penonton. Apalagi scene ketika mereka harus meloloskan diri dari black hole, scoring dari Hans Zimmer memberikan tensi yang mendukung penonton untuk merasakan ketegangan yang luar biasa.

Ada satu pesan yang terselubung dari Nolan untuk keluarganya. Sebuah cara yang disampaikan melalui film, bahwa terkadang Nolan harus meninggalkan keluarganya untuk membawa suatu misi penting. Bukan berarti bahwa Nolan tidak mencintai keluarganya, justru karena cintalah yang membawanya untuk menjalankan impian dan misinya dan justru karena cintalah yang akan mengembalikannya ke keluarga dan orang yang dicintainya. Sebuah bentukan tak kasat mata, sebuah insting demi yang dicintainya agar dia mampu bertahan dan berjuang untuk meraih keinginannya. Cinta, adalah sebuah satuan yang tidak berdimensi, mampu menembus batas ruang, waktu dan dimensi-dimensi yang lain. Cinta yang membawa Dr. Amelia Brand menemukan jalan ke Planet yang selama ini dicari, dan cinta yang membawa Cooper kembali bertemu dengan Murphy setelah puluhan tahun terlewati.

Interstellar memang merupakan sebuah film Nolan dengan minim sisi kemanusiaan, tetapi banyak makna dan pelajaran yang tersampaikan. Interstellar adalah sebuah film genre Sci-Fi yang sangat berani, sangat lugas dengan pemaparan ilmu ilmiah yang gamblang. Walaupun masih juga mempertanyakan suatu zat yang belum diketahui secara ilmiah, yang selama film ini diputar, zat tersebut selalu membantu ras manusia agar bisa selamat dengan ditambah usaha yang gigih dari manusia. Sebuah bentukan rasa cinta yang tak berdimensi yang mampu melewati jajaran galaksi dan alam semesta. Sudah seharusnya kita sebagai manusia bersyukur dan juga mencintaiNya.

Overall 4/5

<ibnu>

*nb* nantikan tulisan Pengantar Ilmu Ilmiah untuk mengenal Interstellar lebih jauh lagi.




Komentar

Postingan Populer