John Wick (2014) : "I'm Thinking, I'm Back!"


Directed by Chad Stahelski 
Film action memang film yang begitu menggiurkan. Ada beberapa orang yang tidak menyukai film aksi brutal, mereka lebih memilih film drama yang berpuitis atau film drama dengan kadar akting yang menabjubkan daripada sebuah film aksi yang sudah disusun rapih. Mereka menganggap bahwa film aksi adalah sebuah film kekerasan yang membuang waktu, karena menonton film adalah menonton cerita dan menonton akting. Sehingga banyak bermunculan film aksi yang dibalut dengan drama yang memikat, dipasang aktor dan aktris yang lebih banyak menggunakan stuntman karena mereka hadir hanya untuk 'berakting' bukan 'berlaga'. Kemudian film seperti ini lebih diterima, film ini lebih disukai. Benarkah demikian? Tidak, tidak demikian kalau belum menonton "John Wick".  

John Wick adalah film yang tegas, lugas, frontal yang penuh dengan aksi aksi dan aksi. Mirip dengan The Raid. Mungkin sedikit mirip. Tetapi The Raid merupakan film yang fokus dengan combat fighting minim semburan peluru, sedangkan John Wick merupakan film aksi yang memang seharusnya seperti itulah sebuah film aksi. Sebuah film combat fighting dengan teknik Gun-Fu yang sangat intens dan sangat memukau para penggemar film aksi. Menariknya, Johnathan Wick (Keanu Reeves) tidak akan berhenti sebelum musuhnya memang dipastikan mati. Cara memastikannya dengan menembak langsung ke kepala mereka. Adegan brutal yang sangat indah itu juga diselingi dengan pukulan dan tendangan serta sedikit gulat untuk mematahkan leher lawan.  

John Wick tidak sepenuhnya sempurna, beraksi tanpa hambatan layaknya Robert McCall (Denzel Washington dalam The Equalizer) yang beraksi dengan minim persenjataan melawan sebuah gangster yang paling ditakuti diseluruh kota (terkesan sangat imposible). John Wick berhasil karena dia penuh persiapan, selain itu karena reputasinya sebagai Hit Man yang sangat berprestasi dan disegani oleh Hit Man lainnya yang terorganisir dan tentu para polisi yang terlibat. Sehingga, seseorang yang paling disegani di kalangan gangster Rusia pun hanya berkomentar "Oh" (dengan emosi ketakutan dan terkejut) hanya dengan mendengar namanya saja. Hal ini terjadi pada Viggo Tarasov (Michael Nyqvist) seorang kepala gangster Rusia yang anaknya Iosef Tarasov (Alfie Allen) telah merampok Mobil Mustang abu-abu 1969 milik John Wick dan membunuh anjing pemberian mendiang istri John Wick (Bridget Moynahan). Saat itu kondisi John Wick sedang sangat berduka, ditinggal oleh istrinya karena penyakit yang berkepanjangan. Dalam masa berkabung tersebut hanya Marcus (Willem Dafoe) sesama Hit Man yang mendatanginya dan menjadi sahabatnya.  


Kebodohan Iosef berakibat fatal kepada dunia kriminal yang sudah dibangun oleh Viggo. Viggo dan John Wick sudah memiliki perjanjian untuk tidak saling mengganggu satu sama lain. Viggo ketakutan dan mau tidak mau, Viggo harus melindungi anaknya dari kejaran John Wick yang ingin balas dendam. Viggo meng-hire beberapa Hit Man, salah satunya Ms. Perkins (Adrianne Palicki) dan juga Marcus. John Wick pun harus kembali menjadi pembunuh berdarah dingin dan mau tidak mau harus berhadapan dengan Winston (Ian McShane) sebagai 'manager' sebuah perhotelan yang hanya diinapi oleh para Hit Man dan kronco-kronconya dan John Wick harus mematuhi kode etik sesama Hit Man. Di ending John Wick belajar pada akhirnya dunia nyata tidak mematuhi kode apapun, tapi itu tidak berarti dia tidak bisa mencari harapan untuk dirinya sendiri. 

Penonton akan melihat ada beberapa adegan yang membuat bangkitnya John Wick (atau bisa dibilang kebangkitan Keanu Reeves) menjadi begitu mencekam. John Wick membawa sebuah palu super besar untuk menghancurkan lantai yang berisi dengan senjata lengkap dengan pelurunya serta banyak koin emas. Akan diketahui bahwa koin emas itu merupakan alat pembayaran yang sangat berharga dalam dunia per-Hit Man-an. Bukan hanya itu adegan lainnya ketika John Wick kembali lagi menggunakan seragamnya, menjadi sebuah ritual sakral  kebangkitan John Wick. Apabila ditonton oleh para pembunuh bayaran akan merinding melihatnya, dimulai dari menggunakan rompi sampai meletakkan belati di kakinya.  

Film berdurasi 96 menit ini bagi mereka yang menyukai film aksi akan merasakan sesuatu sensasi yang menegangkan. Balutan aksi Gun Fu dengan lagu-lagu malam yang hingar bingar sangat pas dan memang mencekam. Kemampuan tata cahaya, lokasi dan setting area tembak menembak benar-benar sangat pas dan sangat membantu. Ditambah padanan warna-warna gelap yang menambah situasi begitu mencekam. Bukan seperti The Raid dengan tata warna yang ambigu sehingga sulit untuk membedakan karakter. Film ini memiliki kelugasan warna sehingga penonton akan tau yang mana John Wick dan yang mana lawannya. Lebih menariknya lagi adalah editing yang super ciamik, ada beberapa adegan aksi yang dipotong dan menggabungkannya dengan adegan sunyi senyap yang santai bahkan mencekam lalu kembali ke adegan aksi yang brutal. Hal ini tidak mengurangi kadar tensi penonton tetapi justru malah memperdalam karakter John Wick. 
Tidak ada yang berakting berlebihan dalam film ini. Keanu Reeves memberikan wajah yang sedih dan sendu tetapi dengan amarah yang meluap, sangat pas dengan kondisi seorang Hit Man yang ditinggalkan oleh istrinya. Dengan tubuh tinggi besar dan kemampuan aksi tanpa stunman, Keanu Reeves memberikan sebuah keraguan, benarkah dia sudah berumur 50 tahun? Michael Nyqvist memang jawara dan screen stealer, dia tau bagaimana caranya membuat film ini ber-cooling down dan mengikuti 'aturan yang berlaku' dalam sebuah film aksi, kalau kau aktor yang minim beraksi. Dia seperti Ray Sahetapy atau Tio Pasukadewo dalam The Raid dan The Raid 2. Para aktor yang lainnya bermain sesuai dengan porsinya, begitu juga dengan Willem Dafoe seorang sniper yang merupakan juru selamat bagi John Wick diberikan adegan memorable oleh sutradara.  


Chad Stahelski, nama yang sangat baru dan kurang familiar. Tetapi dalam dunia film aksi, dia adalah stunman yang sangat senior dan berpengalaman. Sungguh menabjubkan ketika dia mampu membuat debut sutradaranya dalam film John Wick, sebuah suguhan aksi yang sangat menggiurkan. Dia memang sudah berkali-kali bekerja sama dengan Keanu Reeves sejak "Point Break" (Kathryn Bigelow, 1991). Sehingga dia tau betul, bahwa Keanu Reeves bisa memainkan film ini. Sebaliknya, Keanu juga sangat ingin bermain dalam film pertama arahan Chad Stahelski. 

Seperti yang disebutkan dari awal, film ini tegas, lugas, brutal dan tau sekali apa yang diinginkan oleh film ini, atau tau sekali dengan apa yang diinginkan oleh para penggemar aksi. Film ini bukanlah sebuah film aksi superheroes dengan penuh CGI, bukanlah film aksi ala Michael Bay atau film aksi perang yang melodramatik, juga bukan film aksi plus drama komedi ala Jackie Chan. Saya mengkategorikannya sebagai film aksi ala The Raid, dan Drive. Sebuah suguhan bagi mereka yang benar-benar menyukai film aksi dan terutama film aksi di tahun 80-an. Bagi mereka yang kurang menyukai film aksi yang frontal, film ini direkomendasikan bahwa ada sebuah film aksi yang mendebarkan yang tau bagaimana cara menyusunnya secara rapih dan presisi. Juga sebuah suguhan yang mengingatkan para penonton, bahwa film aksi itu film yang fun dan entertain, walaupun tegas, lugas dan brutal. John Wick menjadi sebuah film come back-nya Keanu Reeves yang paling menarik jika dibandingkan filmnya yang lain setelah Trilogi Matriks. 

Overall: 4,25/5 
<Ibnu> 

nb: Man of Tai Chi sebenarnya sebuah film yang bagus, tetapi banyak yang meng-underrated film ini. Jujur saya sendiri meng-underestimate Man of Tai Chi, tetapi setelah ditonton, saya menyukainya. 

Komentar

Postingan Populer